Rabu, 28 Desember 2016
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tengah menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama bersama para pimpinan dan anggota Majelis Syariah DPP sebanyak 99 orang, serta 34 Ketua Majelis Syariah DPW PPP seluruh Indonesia.
Ketua Umum PPP M Romahurmuziy mengatakan, ada tiga agenda penting yaitu dari komisi kepemimpinan, komisi keagamaan dan komisi kesejahteraan.
"Kita (PPP) tengah membahas sejumlah revisi undang-undang," kata politikus yang akrab disapa Romi ini, di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Minggu (13/11/2016).
Romi menjelaskan, ada beberapa revisi Undang-undang (UU) yang dibahas di antaranya revisi UU tentang revisi UU KHUAP, Larangan Minuman Beralkohol dan revisi UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
“Semua revisi undang-undang itu membutuhkan pandangan keagamaan dari para kiai. Sehingga para ulama kita hadirkan untuk beri pandangan terhadap revisi undang-undang itu," jelas Romi.
Selain kedua RUU tersebut, ada pula pembahasan soal aspek jinyah atau hukum pidana yang sudah dipraktikan di Aceh. Dalam munas ini, PPP meminta pemerintah menerapkan hukum jinayah dalam pidana seperti UU Zakat, Wakaf, dan surat berharga syariah.
Selain itu Gus Romy, berpendapat bahwa negara membiarkan berkembangnya gerakan-gerakan anti-Pancasila.
Bila hari ini ada yang mengatakan tegakkan khilafah, secara tidak langsung dia sedang mengatakan bubarkan NKRI atau ganti Pancasila, ujar dia saat membuka Munas Alim Ulama di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.
Lebih mengherankan lagi karena gerakan ini selama reformasi dibiarkan berkembang dan melakukan sosialisasi ke berbagai kampus utama di Indonesia, lanjut dia.
Padahal, Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, menganggap bahwa gerakan tersebut adalah bentuk subversif, anti-Pancasila dan jelas-jelas merongrong NKRI dan seharusnya dibubarkan oleh negara.
Oleh sebab itu, Romi meminta Presiden Joko Widodo mengatasi hal itu. Romi ingin negara berperan aktif agar gerakan itu tidak dibiarkan berkembang. Ia khawatir gerakan itu suatu saat akan menimbulkan kekacauan.
Karena pada jangka panjang, keberadaannya dapat menimbulkan ketegangan di antara umat Islam di Indonesia dan pasti akan mengganggu keberadaan NKRI, ujar Romi.
Sementara itu Presiden RI dengan mengenakan batik hijau dan kopiah, mantan Gubernur DKI Jakarta itu tiba di lokasi sekira pukul 12.55 WIB. Presiden Jokowi memasuki ruang pembukaan Munas dengan didampingi oleh Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agama yang juga Politikus PPP Lukman Hakim Saifuddin dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy serta Sekjen PPP Arsul Sani.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya, Presiden Jokowi akan meresmikan Pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Rapimnas I Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Mendapatkan kesempatan menyampaikan sambutan acara, Jokowi mengingatkan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan. Dalam sambutannya, Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan beragam. Untuk itu, dia mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. “Persatuan harus kita jaga dan beraneka keberagaman budaya di Negara Bhineka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI,” kata Presiden RI.
Lebih lanjut, Jokowi menyatakan, “Betapa beragamnya negara kita ini. Betul-betul beragam, ini adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita. Saya sebagai Presiden, dan kepala negara ingin agar, persatuan kebersamaan diantara kita betul-betul kita jaga,” ujar Jokowi dalam sambutannya.
Salah satu Ketua DPP PPP H. Arwani Thomafi menuturkan, Munas Alim bakal dihadiri 1.500 peserta. Peserta Munas Alim terdiri dari; pengurus PPP, ulama, habib, pimpinan pondok pesantren, ustadz dan aktivis Islam dari seluruh Indonesia.
"Rapimnas I akan diikuti oleh para ketua DPW PPP seluruh Indonesia yang akan membahas isu strategis di tingkat nasional, di antaranya memperkuat komitmen PPP sebagai parpol pendukung pemerintah. Ada tigal hal penting yang dibahas dalam Rapimnas kali ini yakni soal meneguhkan kembali nilai-nilai konsep bernegara NKRI, penanggulangan kemiskinan serta masalah moral bangsa dan strategi merebut simpati ummat Islam agar PPP dalam pemilu 2019 ditargetkan masuk 3 besar pemenang Pemilu.
Munas Alim Ulama yang kali ini dipimpin langsung oleh Ketua Harian Majlis Syari’ah DPP PPP , KH Syukron Makmun merekomendasikan agar PPP kembali menghidupkan Hari-hari besar Islam dalam kegiatan politiknya. “Saya mengintrusikan PPP agar menghidupkan Hari-hari besar Islam seperti Mauludan, Isro Mi’roj dan lain-lain. Pasang bendera PPP, gelar tabligh Akbar dan undang Syukron Makmun! Saya akan dating!,” kata KH Syukron Makmun penuh semangat disambut tepuk riuh peserta Munas Alim Ulama PPP.
Minggu malam diadakan pembahasan beberapa Rancangan Undang-undang yang diajukan FPPP kepada DPR. Rapat komisi yang dipimpin oleh H Syaifullah Tamliha ini mengundang nara sumber H. Irgan Chairul Mahfidz. “Ada beberapa RUU yang dititipkan oleh umat Islam kepada PPP yakni RUU Larangan Minuman beralkohol (UU Minol), RUU revisi KHUAP,RUU Pembrantaan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Acara hari Senin(14/11) mengagendakan pembahasan tentang penegakan keadilan social, keagamaan dan kemaslahatan rakyat serta penutupan Munas Alim Ulama dan Rapimnas I PPP.(*)
Kontributor: Aji Setiawan
Kamis, 01 Desember 2016
Warga Menyambut Baik Pelaksanaan Sosialisasi Empat Pilar
Purbalingga-Ratusan warga Purbalingga mengikuti dan menyambut baik Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di gedung kelurahan Purbalingga Lor,Kamis (1/12) yang dilakukan oleh MWC NU Purbalingga dengan Ir. HM Rohamurmuziy, MT.
Acara yang dihadiri Angota DPRD II Purbalingga, H In’am bi Romatullah dan Khafiatun Manuroh dari PPP Purbalingga serta tokoh MWC NU Purbalingga itu dalam rangka sosialisasi nilai-nilai empat pilar yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.”Sosialisasi ini dinilai penting dilakukan di tengah ancaman bahaya integrasi bangsa. Internalisasi nilai-nilai empat pilar menjadi keniscayaan agar kita tetap mampu melestarikan nilai-nilai bangsa kita sekaligus dapat merespons secara positif berbagai pengaruh yang berpotensi melemahkan jati diri Bangsa Indonesia," kata Hj Nurul Hidayah S, SH MSi mewakili HM Romahurmuziy, MT anggota DPR dari PPP Dapil VII Jateng.
Saat menjadi pembicara pada kesempatan itu Hj Nurul mengatakan sosialisasi empat pilar sangat penting karena masih banyak ditemukan indikasi penyelenggara negara dan masyarakat belum memahami dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
"Melalui Badan Sosialisasi MPR pemasyarakatan empat pilar harus terus dilakukan secara sistematis dan masif dengan jangkauan yang lebih luas, sehingga masyarakat semakin memahami nilai-nilai yang terkandung sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” katanya.
Ia menambahkan, empat nilai pilar merupakan warisan para pendiri bangsa yang harus diimplementasikan dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Empat pilar dimaksud adalah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.
"Sejak awal berdirinya Republik Indonesia kebhinnekaan merupakan kekayaan bangsa yang harus diakui, diterima dan dihormati. Kemajemukan sebagai anugerah juga harus dipertahankan, dipelihara, dan dikembangkan yang kemudian diwujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Sementara itu, Catur Yusnandar dari Kesbang Linmas Kab Purbalingga Jawa Tengah lebih menekankan tentang pentingnya merawat dan menjaga Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tersebut. Sebab empat pilar hadir sebagai landasan dan jalan agar semua tujuan negara dapat tercapai. Hal ini karena tujuan negara berasal dari UUD 1945. Sedangkan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pemersatu dan pancasila hadir sebagai dasar dari ketiga pilar diatas. Jadi, jika kita mampu mengerti dan mengamalkan empat pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari, maka bukan tidak mungkin tujuan negara akan tercapai sesuai harapan dari para founding father negara kita,” papar Catur.
Menurut Catur, paling tidak melalui pendekatan kultural, edukatif, hukum dan struktural, 4 pilar ini bisa terus terpelihara hingga NKRI tetap utuh sebagai bangsa tetap berbhineka tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan dan UUD 45.Dalam kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada warga yang aktif menjadikan Media Sosial sebagai sarana dakwah yakni Ustadz Lasmono dan Romat dari PCNU Purbalingga serta Aji Setiawan, ST aktivis PPP Purbalingga (***) Aji
Selasa, 08 November 2016
Hikmah
Hikmah
Sabar Dan Taqwa
Oleh: Aji Setiawan
Di saat gempuran informasi dan lalu lintas media yang cenderung membabi buta, meluluhlantakan logika, kita seyogyanya melakukan seleksi yang ketat dan sungguh-sungguh dalam rangka membentengi diri dari segala yang menyesatkan dan menimbulkan permasalahan dalam agama. Bukan dengan cara yang terlalu longgar, atau sebaliknya radikal.
Allah SWT berfirman: “jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati; tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemadharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali Imran: 120).
Pada ayat di atas disebutkan kata sabar dan taqwa. Maka perlu dipikirkan oleh para ulama dan dai untuk selalu mengajak dan menggugah umatnya agar senantiasa melakanakan sikap sabar dan taqwa dalam mengikuti jalan yang benar, sehingga langkah-langkah ditempuh dalam berdakwah lebih mengedepankan akhlaqul karimah.
Allah SWT juga berfirman:”...Barang siapa bertqwa dan berabar, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(QS Yusuf:90)
Bagi mereka yang menyikapi berbagai tantangan dalam berdakwah di era sekarang ini dengan sabar, takwa dan tawakal disediakan pahala yang besar dari Allah Ta’ala.
Demikian pula berlaku bagi yang lain, baik yang hidup pas-pasan maupun berkecukupan materi, shalih atau tidak , muslim ataupun kafir.
Sebagaimana diisyaratkan Allah SWT dalam firmannya kepada Nabi Musa AS, yang berkata kepada kaumnya,”mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi kepunyaan Allah, yang dianugrahkan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dan kesudahan yang baik hanyalah bagi orang yang bertaqwa.”(QS Al A’raf:128).
Dari penjelasan ayat diatas, bumi diwariskan hanya bagi orang yang sabar dan bertaqwa. Sabar adalah suatu kata yang mudah untuk dikatakan, namun sangat sulit untuk diterapkan. Bahkan kesabaran bukan datang dengan tiba-tiba, namun sesungguhnya kesabaran itu membutuhkan pelatihan, bahkan perlu ujian. Semakin banyak ujian, tantangan dan gangguan maka akan menjadi pribadi yang tangguh, sabar, dan siap untuk mencari solusi.
Banyak orang yang mendapat ujian namun justru hanya bisa menyalahkan orang lain, pikiran kalut, hati kusut sehingga semakin banyak masalah. Lain halnya orang yang sudah berulang kali mendapatkan musibah maka hatinya tetap tenang sehingga dengan demikian setiap menghadapi masalah seberat apapun akan dapat diselesaikan. Karena Allah telah mengatakan bahwa tiadalah disebut sebagai orang yang beriman kecuali pasti akan diuji.
Taat kepada Allah adalah sangat berat dan sulit, membutuhkan kesiapan tenaga, pikiran bahkan berupa harta benda seperti zakat dan haji. Yang lebih penting lagi bahwa ketaatan didalamnya ada kesulitan terhadap jiwa dan raga sehingga diperlukan kesabaran dan ketabahan.
“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
Takwa adalah salah satu perintah Allah SWT yang banyak disebutkan dalam Al-Qur`an (208 ayat, 226 kata) dan Al-Hadits, mengingat hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk menggapai rahmat Allah SWT, guna menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah akan melimpahkan berkah dan rahmat kepada orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman: “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..” (QS. Al-A’raf [7]:96).
Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur [24]: 52). Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata, “Nabi SAW senantiasa berdoa dengan Allâhumma innî as’alukal hudâ wat tuqâ wal ‘afâf wal Ghinâ (Ya Allah, aku mohon pada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri (dari perbuatan hina) dan kekayaan).” (HR. Muslim).
Dia juga berfirman, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3). Dia juga berfirman: “Dan orang-orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69)
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]:4&7). Dari Abu Tharîf ‘Adiy bin Hâtim Ath-Thâi, ia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Siapa saja yang telah bersumpah (untuk berbuat sesuatu), kemudian dia melihat bahwa apa yang disumpahkannya itu bisa membuatnya lebih takwa maka hendaklah ia melakukan apa yang dilihatnya dapat membuatnya lebih bertakwa.” (HR. Muslim).
Orang paling mulia adalah orang bertakwa. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat [49]:13). Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, telah ditanyakan kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?” Rasulullah Saw menjawab, “Orang yang paling bertakwa.” (Muttafaq ‘Alaihi).
Aji Setiawan, ST Simpedes BRI no : 372001029009535
Selasa, 26 Juli 2016
Sabtu, 23 Juli 2016
Sabtu, 16 Juli 2016
Silaturahmi Warga NU Bukatej Purbalingga Jawa Tengah
Silaturahmi Warga NU Bukateja
Pengajian pembuka Ahad Pagi Forum Komunikasi Tokoh NU (FKTNU) Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah yang berlangsung di halaman masjid al Hikmah Desa Majasari, Kec Bukateja pada Hari Minggu, 17 Juli 2016 berlangsung sangat meriah. Ribuan warga NU tumplek blek berdatangan sejak ba’da Subuh langsung memadati masjid dan jalan seputar masjid. Jamaah yang datang diatur secara rapi baik sejak parkir kendaraan roda dua sampai roda empat oleh barisan muda anshor, banser NU Bukateja. Acara dibuka dengan tahlilan bersama yang dipimpin KH Ahmad Burhanuddin, yang juga adalah Mabarot MWC NU Bukateja dan juga pengasuh Panti Asuhan Anak Yatim AL Khoerot Desa Mjasari, Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Selanjutnya disambung dengan sambutan oleh juru bicara FKTNU Bukateja, Drs.H. Muhatamil yang memberitahukan adanya pasar bebas seperti sekarang perlu diwaspadai obat-obat tertentu yang berbahaya.”Saya berharap jamaah untuk menyeleksi produk dari luar seperti yang berkode BACON, HAM, SOW, SOPNIL,PIG, PORCINE . FKTNU sudah mendata obat-obat yang terlarang itu,”tegas H Muhtamil.Dalam kesempatan itu juga diumumkan telah wafat salah seorang tokoh NU Kecamatan Bukateja, KH.Ahmad Sujari (Cipawon) yang wafat pada 16 Juli 2016.Acara pengajian dua minggu berikutnya akan dilaksankan di desa Kutawis.
Acara acara kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh Habib Ali bin Umar Qithban yang memaparkan makna Silaturami.”Halal bi Halal merupakan tradisi yang berkembang di tanah Jawa sejak jaman Wali Songo. Pengajian seperti halal bi halal ini mempunyai hikmah saling bersilaturami dan berma’afan,” kata Habib Ali yang juga adalah Wakil Rois Syuriah NU Bukateja, Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Hikmah bersilaturahmi
Secara bahasa, silaturahim berarti menyambungkan tali kekerabatan. Mengenai kata rahim yang berarti tali kekerabatan dijelaskan oleh Alquran dalam bentuk jamak, yaitu al-arhaam. Menyambungkan kekerabatan tidak dipakai frasa shilatul qurba, tapi silaturahim. Tentu ini menjadi hal menarik untuk dikaji. Allah SWT berfirman, ”Aku adalah Allah. Dan, Aku adalah ar-Rahman (Zat Yang Maha Penyayang). Aku menciptakan rahim dan aku memberikan sebuah nama (rahim) untuknya yang aku ambil dari nama-Ku (ar-Rahman). Barang siapa yang menyambung rahim, Aku akan terus mencurahkan rahmat padanya. Barang siapa yang memutus rahim, Aku akan memutus rahmat darinya.” (HR Abu Dawu dan Tarmidzi), papar Habib Ali bin Umar Al Qithban.
“Marilah kita rayakan hari kemenangan ini, bukan dengan mengunjungi tempat tempat maksiat, bukan berpesta pora dengan bermabuk-mabukkan, tetapi kita rayakan Idul Fitri ini dengan melakukan zikrullah, mensyi’arkan agama Allah, mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid yaitu pengakuan yang bulat dan mutlak akan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Juga kita rayakan Idul Fitri ini dengan meningkatkan ikatan persaudaraan, saling cinta-mencintai, santun-menyantuni, dan dengan memupuk rasa kesetiakawanan. Merapatkan tali silaturrahim dengan saling bersalaman, berma’af-ma’afan, kunjung-mengunjungi baik antara keluarga dengan keluarga, tetangga dengan tetangga, sahabat dengan sahabat, dan lain-lain, ”pungkas Habib Ali yang juga adalah pengasuh Majlis Taklim Riyadhus Sholihin Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Acara ditutup dengan doa oleh KH Abror Mushodiq (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror) Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah tepat pukul 08.00 WIB.(***) Aji Setiawan
Selasa, 05 Juli 2016
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ.
الْحَمْدُ
ِللهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ
خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ،
الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ
وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ
يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمّأَبَعْدُ؛
فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ
فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ
وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ
فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
!.
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan
kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti melaksanakan segala perintah dan
mencegah segala laranganNya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar.
Alhamdulillah, hari ini sampailah
kita kepada saat dinantikan, hari bahagia yang penuh barokah dan ampunan Allah,
yaitu hari Raya‘Idul Fitri.
Puji dan syukur bagi Allah yang
telah memberikan kekuatan lahir dan batin, sehingga kita telah dapat
menyelesaikan tugas berat sebulan lamanya yakni puasa Ramadlan.
Ma’syiral muslimin rahimakumullah !.
Sekarang kita sudah menyelesaikan
perintah menunaikan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh dengan masih diberi
kesehatan dan semoga Alloh SWT tetap senantiasa memberikan umur kita yang
panjang serta badan yang sehat, dengan tetap diberi kekuatan iman, Islam dan
taqwa sehingga dapat bisa menunaikan ibadah puasa kembali pada masa yang akan
datang. Sekarang kita akan memasuki waktu bulan Syawal, bulan yang tepat untuk
mengisi halal bi halal, sesuai sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صاَمَ رَمَضانَ ايْماناً وَاحْتِساباً غُفر لهُ ماَ
تقدَّمَ مِنْ دنْبهِ
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat." (HR. Imam Muslim)Karena itu pada kesempatan bulan Syawal atau bulan Idul Fitri pada tahun ini mari kita manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan bulan ini untuk berhalal bi halal dengan keluarga, teman dan tetangga serta kepada orang yang lebih tua. Mari kita memohon halal bi halal dan mohon ridha terhadap hak anak adam atau hubungan sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ أحبَّ انْ يُبسطاَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ
أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه
Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi jelaslah tujuan diadakannya idul
fitri yang sudah mentradisi tidak saja di Indonesia namun oleh umat Islam
seluruh dunia tujuannya adalah untuk saling memaafkan, menghilangkan rasa
permusuhan dan menyambung tali silaturahmi. Akan tetap kendati tiap tahun
diadakan dirayakan masih sering kita jumpai rasa saling bermusuhan diantara
manusia. Ketika bulan Ramadhan berlalu, kesalihan umat islam kembali tereduksi
atau makin terkikis. Rasa dendam, iri dan dengki kembali merasuki jiwa manusia.
Kesadaran sosial semakin bekurang. Kemungkaran dan kemaksiatan menyebar di
mana-mana.
Padahal hakikat idul fitri hakikat
hari raya idul fitri sebenarnya adalah mengembalikan manusia pada
fitrahnya.Yaitu manusia yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT.
Nampaknya, nilai-nilai yang terkandung di dalam hari raya idul fitri belum
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu sudah saatnya kita merenungi akan
hakikat dan makna idul fitri yang sebenarnya.
Hari Raya Idul Fitri adalah momen
paling tepat untuk membersihkan jiwa dari segala dosa. Hakikat Idul Fitri adalah
mengembalikan manusia pada fitrahnya. Sebagimana Sabda Rasulullah SAW: ”Setiap
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Akan tetapi orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi, Nashrani dan Majusi.”(HR Bukhari).
Allah SWT juga berfirman: “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah
Allah.Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS
Ar-Rum:30).
Agar hari raya Idul Fitri lebih
bermakna bagi kita maka setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan.
Pertama, meluruskan kembali arti silaturahmi. Silaturahmi bukan sekedar saling
bersalaman dan saling menziarahi. Akan tetapi , harus ada komitmen untuk saling
melupakan rasa permusuhan dan membuka lembaran baru untuk saling memaafkan dan
berkasih sayang. Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكَافِئِ وَلَكِنْ الوَاصِلُ الَّذِيْ
إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
” Bukanlah menyambung (tali silaturahmi) itu dengan saling membalas (mengunjungi), akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) adalah apabila terputus kerabatnya, dia segera menyambungnya. (HR Turmudzi).
Kedua, melekstarikan hikmah-hikmah
puasa Ramadhan. Kita semua tentu mengetahui hikmah dan keutamaan Ramadhan, akan
tetapi tidak banyak setelah Ramadhan berakhir.Kebanyakan kaum muslimin yang
aktif dan rajin shalat berjamaah , bersedekah,tadarus Al Qur’an, mendengarkan
ceramah agama dan rajin ke masjid selama sebulan Ramadhan. Namun ketika
Ramadhan berakhir, mereka berubah seperti semula. Oleh karena itu, Ramadhan
dapat dijadikan untuk memperkuat pribadi dan karakter kaum muslimin yang sehat,
tangguh dan sabar serta kembali ke fitrah manusia yakni manusia-manusia yang
cinta damai, sabar, ikhlas , jujur dan muara akhirnya adalah menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa di hadapan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:”Hai
orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,
agar kamu menjadi orang yang taqwa. (QS Al Baqarah:183).
Bulan Ramadhan adalah bulan ketika
kesabaran kaum muslimin diuji. Salah satu i’tibar atau pelajaran kesabaran
adalah dengan membaca kisah-kisah kesabaran para nabi dan Rasulullah.Kesabaran
yang timpakan kepada para Nabi dapat diambil hikmahnya dan dicontoh dalam
menghadapi obaan Tuhan dan juga gangguan oleh para musuh Nabi. Dengan berpuasa,
kesabaran kita asah sehingga ketika menghadapi cobaan dan duri onak kehidupan
kita semakin tegar dan bersabar dalam menghadapinya.
Oleh karena itu setelah ramadhan
berakhir, aktivitas-aktivitas ibadah yang positif dilakukan selama bulan
Ramadhan harus tetap dilestarikan setelah bulan Ramadhan. Diantara hikmah puasa
yang menjadi prioritas yang dilakukan saat ini adalah menanamkan jiwa sosial
terhadap kaum fakir miskin. Selama bulan Ramadhan kita diperintah untuk
memperbanyak sedekah kepada kaum fakir miskin dan juga diperintah untuk
mengeluarkan zakat fitrah yang kesemuanya itu merupakan manifestasi dari jiwa
sosial kita kepada fakir miskin.
Bersedekah dan mengeluarkan zakat
bisa mempersempit jurang sosial antara kaya dan orang miskin. Tidak selayaknya
bila dihari raya kita bersenang-senang , bersuka ria bersama sementara tetangga
kanan kiri kita hidup menderita serta serba kekurangan.
Di hari yang fitri ini, mari kita
saling bermaaf-maafan, bersilaturahmi, berziarah kepada orang tua, guru, teman
dan sanak saudara. Lupakan rasa permusuhan diantara kita. Mari kita pererat
tali persaudaraan umat Islam. Hilangkan segala perselisihan dan kesalahpahaman
, lalu kita buka lembaran baru dengan saling pengertian dan kasih sayang.
Sehingga hari raya idul fitri ini yang kita rayakan lebih terasa dan bermakna
bagi kita semua. Semoga Allah SWT menjadikan kita bagian dari orang-orang
kembali (‘idul) kepada kesucian (fitrah) serta tergolong menjadi
orang-orang yang menang dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah SWT
—dimana kita berhasil menundukan hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita—.Taqabalallahu
minna wa minkum, minnal ‘aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir bathin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْ وَتقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم لِى
الرَّحِيْمُ
مْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ
Khutbah
Kedua
الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ.الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ
بِالأَفْرَاحِ وَالسُّرُوْرِ وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ،
فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ
الْغُرُوْرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ
وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ. أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَهَا لَنَا الصُّدُوْرَ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِىْ أَقَامَ
مَنَارَ اْلإِسْلاَمِ بَعْدَ الدُّثُوْرِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ
مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّابَعْدُ: فَيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا
يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ.
وَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛ إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍِ الدِّيْنِ.
وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ
الْحَاسِدِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ أَرَادَنَا بِالسُّوْءِ
يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ
آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اللهُ
أَكْبَرُ، عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Oleh : Aji Setiawan
Langganan:
Postingan (Atom)