Selasa, 26 Juli 2016
Sabtu, 23 Juli 2016
Sabtu, 16 Juli 2016
Silaturahmi Warga NU Bukatej Purbalingga Jawa Tengah
Silaturahmi Warga NU Bukateja
Pengajian pembuka Ahad Pagi Forum Komunikasi Tokoh NU (FKTNU) Kecamatan Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah yang berlangsung di halaman masjid al Hikmah Desa Majasari, Kec Bukateja pada Hari Minggu, 17 Juli 2016 berlangsung sangat meriah. Ribuan warga NU tumplek blek berdatangan sejak ba’da Subuh langsung memadati masjid dan jalan seputar masjid. Jamaah yang datang diatur secara rapi baik sejak parkir kendaraan roda dua sampai roda empat oleh barisan muda anshor, banser NU Bukateja. Acara dibuka dengan tahlilan bersama yang dipimpin KH Ahmad Burhanuddin, yang juga adalah Mabarot MWC NU Bukateja dan juga pengasuh Panti Asuhan Anak Yatim AL Khoerot Desa Mjasari, Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Selanjutnya disambung dengan sambutan oleh juru bicara FKTNU Bukateja, Drs.H. Muhatamil yang memberitahukan adanya pasar bebas seperti sekarang perlu diwaspadai obat-obat tertentu yang berbahaya.”Saya berharap jamaah untuk menyeleksi produk dari luar seperti yang berkode BACON, HAM, SOW, SOPNIL,PIG, PORCINE . FKTNU sudah mendata obat-obat yang terlarang itu,”tegas H Muhtamil.Dalam kesempatan itu juga diumumkan telah wafat salah seorang tokoh NU Kecamatan Bukateja, KH.Ahmad Sujari (Cipawon) yang wafat pada 16 Juli 2016.Acara pengajian dua minggu berikutnya akan dilaksankan di desa Kutawis.
Acara acara kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh Habib Ali bin Umar Qithban yang memaparkan makna Silaturami.”Halal bi Halal merupakan tradisi yang berkembang di tanah Jawa sejak jaman Wali Songo. Pengajian seperti halal bi halal ini mempunyai hikmah saling bersilaturami dan berma’afan,” kata Habib Ali yang juga adalah Wakil Rois Syuriah NU Bukateja, Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Hikmah bersilaturahmi
Secara bahasa, silaturahim berarti menyambungkan tali kekerabatan. Mengenai kata rahim yang berarti tali kekerabatan dijelaskan oleh Alquran dalam bentuk jamak, yaitu al-arhaam. Menyambungkan kekerabatan tidak dipakai frasa shilatul qurba, tapi silaturahim. Tentu ini menjadi hal menarik untuk dikaji. Allah SWT berfirman, ”Aku adalah Allah. Dan, Aku adalah ar-Rahman (Zat Yang Maha Penyayang). Aku menciptakan rahim dan aku memberikan sebuah nama (rahim) untuknya yang aku ambil dari nama-Ku (ar-Rahman). Barang siapa yang menyambung rahim, Aku akan terus mencurahkan rahmat padanya. Barang siapa yang memutus rahim, Aku akan memutus rahmat darinya.” (HR Abu Dawu dan Tarmidzi), papar Habib Ali bin Umar Al Qithban.
“Marilah kita rayakan hari kemenangan ini, bukan dengan mengunjungi tempat tempat maksiat, bukan berpesta pora dengan bermabuk-mabukkan, tetapi kita rayakan Idul Fitri ini dengan melakukan zikrullah, mensyi’arkan agama Allah, mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid yaitu pengakuan yang bulat dan mutlak akan kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Juga kita rayakan Idul Fitri ini dengan meningkatkan ikatan persaudaraan, saling cinta-mencintai, santun-menyantuni, dan dengan memupuk rasa kesetiakawanan. Merapatkan tali silaturrahim dengan saling bersalaman, berma’af-ma’afan, kunjung-mengunjungi baik antara keluarga dengan keluarga, tetangga dengan tetangga, sahabat dengan sahabat, dan lain-lain, ”pungkas Habib Ali yang juga adalah pengasuh Majlis Taklim Riyadhus Sholihin Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah.
Acara ditutup dengan doa oleh KH Abror Mushodiq (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror) Kec Bukateja Kab Purbalingga Jawa Tengah tepat pukul 08.00 WIB.(***) Aji Setiawan
Selasa, 05 Juli 2016
اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ.
الْحَمْدُ
ِللهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ
خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ،
الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ
وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ
يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمّأَبَعْدُ؛
فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ
فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ
وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ
فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
!.
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan
kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dalam arti melaksanakan segala perintah dan
mencegah segala laranganNya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar.
Alhamdulillah, hari ini sampailah
kita kepada saat dinantikan, hari bahagia yang penuh barokah dan ampunan Allah,
yaitu hari Raya‘Idul Fitri.
Puji dan syukur bagi Allah yang
telah memberikan kekuatan lahir dan batin, sehingga kita telah dapat
menyelesaikan tugas berat sebulan lamanya yakni puasa Ramadlan.
Ma’syiral muslimin rahimakumullah !.
Sekarang kita sudah menyelesaikan
perintah menunaikan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh dengan masih diberi
kesehatan dan semoga Alloh SWT tetap senantiasa memberikan umur kita yang
panjang serta badan yang sehat, dengan tetap diberi kekuatan iman, Islam dan
taqwa sehingga dapat bisa menunaikan ibadah puasa kembali pada masa yang akan
datang. Sekarang kita akan memasuki waktu bulan Syawal, bulan yang tepat untuk
mengisi halal bi halal, sesuai sabda Rasulullah SAW:
مَنْ صاَمَ رَمَضانَ ايْماناً وَاحْتِساباً غُفر لهُ ماَ
تقدَّمَ مِنْ دنْبهِ
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat." (HR. Imam Muslim)Karena itu pada kesempatan bulan Syawal atau bulan Idul Fitri pada tahun ini mari kita manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan bulan ini untuk berhalal bi halal dengan keluarga, teman dan tetangga serta kepada orang yang lebih tua. Mari kita memohon halal bi halal dan mohon ridha terhadap hak anak adam atau hubungan sesama. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ أحبَّ انْ يُبسطاَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ
أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه
Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi jelaslah tujuan diadakannya idul
fitri yang sudah mentradisi tidak saja di Indonesia namun oleh umat Islam
seluruh dunia tujuannya adalah untuk saling memaafkan, menghilangkan rasa
permusuhan dan menyambung tali silaturahmi. Akan tetap kendati tiap tahun
diadakan dirayakan masih sering kita jumpai rasa saling bermusuhan diantara
manusia. Ketika bulan Ramadhan berlalu, kesalihan umat islam kembali tereduksi
atau makin terkikis. Rasa dendam, iri dan dengki kembali merasuki jiwa manusia.
Kesadaran sosial semakin bekurang. Kemungkaran dan kemaksiatan menyebar di
mana-mana.
Padahal hakikat idul fitri hakikat
hari raya idul fitri sebenarnya adalah mengembalikan manusia pada
fitrahnya.Yaitu manusia yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT.
Nampaknya, nilai-nilai yang terkandung di dalam hari raya idul fitri belum
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu sudah saatnya kita merenungi akan
hakikat dan makna idul fitri yang sebenarnya.
Hari Raya Idul Fitri adalah momen
paling tepat untuk membersihkan jiwa dari segala dosa. Hakikat Idul Fitri adalah
mengembalikan manusia pada fitrahnya. Sebagimana Sabda Rasulullah SAW: ”Setiap
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Akan tetapi orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi, Nashrani dan Majusi.”(HR Bukhari).
Allah SWT juga berfirman: “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah
Allah.Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS
Ar-Rum:30).
Agar hari raya Idul Fitri lebih
bermakna bagi kita maka setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan.
Pertama, meluruskan kembali arti silaturahmi. Silaturahmi bukan sekedar saling
bersalaman dan saling menziarahi. Akan tetapi , harus ada komitmen untuk saling
melupakan rasa permusuhan dan membuka lembaran baru untuk saling memaafkan dan
berkasih sayang. Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكَافِئِ وَلَكِنْ الوَاصِلُ الَّذِيْ
إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
” Bukanlah menyambung (tali silaturahmi) itu dengan saling membalas (mengunjungi), akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) adalah apabila terputus kerabatnya, dia segera menyambungnya. (HR Turmudzi).
Kedua, melekstarikan hikmah-hikmah
puasa Ramadhan. Kita semua tentu mengetahui hikmah dan keutamaan Ramadhan, akan
tetapi tidak banyak setelah Ramadhan berakhir.Kebanyakan kaum muslimin yang
aktif dan rajin shalat berjamaah , bersedekah,tadarus Al Qur’an, mendengarkan
ceramah agama dan rajin ke masjid selama sebulan Ramadhan. Namun ketika
Ramadhan berakhir, mereka berubah seperti semula. Oleh karena itu, Ramadhan
dapat dijadikan untuk memperkuat pribadi dan karakter kaum muslimin yang sehat,
tangguh dan sabar serta kembali ke fitrah manusia yakni manusia-manusia yang
cinta damai, sabar, ikhlas , jujur dan muara akhirnya adalah menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa di hadapan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:”Hai
orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,
agar kamu menjadi orang yang taqwa. (QS Al Baqarah:183).
Bulan Ramadhan adalah bulan ketika
kesabaran kaum muslimin diuji. Salah satu i’tibar atau pelajaran kesabaran
adalah dengan membaca kisah-kisah kesabaran para nabi dan Rasulullah.Kesabaran
yang timpakan kepada para Nabi dapat diambil hikmahnya dan dicontoh dalam
menghadapi obaan Tuhan dan juga gangguan oleh para musuh Nabi. Dengan berpuasa,
kesabaran kita asah sehingga ketika menghadapi cobaan dan duri onak kehidupan
kita semakin tegar dan bersabar dalam menghadapinya.
Oleh karena itu setelah ramadhan
berakhir, aktivitas-aktivitas ibadah yang positif dilakukan selama bulan
Ramadhan harus tetap dilestarikan setelah bulan Ramadhan. Diantara hikmah puasa
yang menjadi prioritas yang dilakukan saat ini adalah menanamkan jiwa sosial
terhadap kaum fakir miskin. Selama bulan Ramadhan kita diperintah untuk
memperbanyak sedekah kepada kaum fakir miskin dan juga diperintah untuk
mengeluarkan zakat fitrah yang kesemuanya itu merupakan manifestasi dari jiwa
sosial kita kepada fakir miskin.
Bersedekah dan mengeluarkan zakat
bisa mempersempit jurang sosial antara kaya dan orang miskin. Tidak selayaknya
bila dihari raya kita bersenang-senang , bersuka ria bersama sementara tetangga
kanan kiri kita hidup menderita serta serba kekurangan.
Di hari yang fitri ini, mari kita
saling bermaaf-maafan, bersilaturahmi, berziarah kepada orang tua, guru, teman
dan sanak saudara. Lupakan rasa permusuhan diantara kita. Mari kita pererat
tali persaudaraan umat Islam. Hilangkan segala perselisihan dan kesalahpahaman
, lalu kita buka lembaran baru dengan saling pengertian dan kasih sayang.
Sehingga hari raya idul fitri ini yang kita rayakan lebih terasa dan bermakna
bagi kita semua. Semoga Allah SWT menjadikan kita bagian dari orang-orang
kembali (‘idul) kepada kesucian (fitrah) serta tergolong menjadi
orang-orang yang menang dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah SWT
—dimana kita berhasil menundukan hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita—.Taqabalallahu
minna wa minkum, minnal ‘aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir bathin.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْ وَتقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم لِى
الرَّحِيْمُ
مْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ
Khutbah
Kedua
الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ
إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ.الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ
بِالأَفْرَاحِ وَالسُّرُوْرِ وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ،
فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ
الْغُرُوْرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ
وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ. أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَهَا لَنَا الصُّدُوْرَ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِىْ أَقَامَ
مَنَارَ اْلإِسْلاَمِ بَعْدَ الدُّثُوْرِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ
مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّابَعْدُ: فَيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا
يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ.
وَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛ إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍِ الدِّيْنِ.
وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ
الْحَاسِدِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ أَرَادَنَا بِالسُّوْءِ
يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ
آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
اللهُ
أَكْبَرُ، عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Oleh : Aji Setiawan
Langganan:
Postingan (Atom)