Ribuan jamaah menghadiri Pengajian Rutinan Ahad Pagi Forum Komunikasi Tokoh NU FKTNU Kec Bukateja Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang berlangsung di Desa Penaruban berlangsung meriah. Acara yang berlangsung sejak pagi hari itu dihadiri kabanyakan jamaah laki-laki dan perempuan tumplek blek memadati halman masjid pada hari Minggu pagi,Minggu, 24 September 2017.
Tabligh akbar Forum Tokoh NU (FKTNU) Bukateja adalah forum pengajian yang berlangsung setiap setengah bulan sekali dan diikuti oleh ribuan jamaah warga nahdliyin. Banyak sekali permintaan dan pesanan dari Mushola dan Masjid di sekitar Bukateja untuk menjadi tuan rumah pengajian.
Acara yang berlangsung pagi hari itu, dibuka dengan Mujahadah, acara berlanjut dengan Bahsul Masail oleh tim FKTNU, berlanjut dengan pengajian pertama H Muhtamil ,SAg mewakili panitia menyampaikan beberapa pengumuman pengajian dalam dua minggu ke depan yang akan berlangsung di Masjid Baitus Salam , Tidu, Bukateja (Ahad Pagi /8 Oktober 2017). Selain itu, ia juga menyampaikan pentingnya memotong kuku pada hari Jum’at yang dimulai dari ibu jari baru berturut -turut sampai jari kelingking. ”Selain untuk kebersihan (sehat) juga dipercaya bisa melapangkan rizqi,” katanya.
Pembicara Pengajian Akbar kali adalah KH Abror Mushodiq yang juga adalah Ketua MUI Purbalingga, Jawa Tengah. Matan Rois Syuriah PCNU Kab Purbalingga menyampaikan perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah Munawaroh, dimana saat itu, Kanjeng Nabi SAW tengah mengalami masa tahun kesedihan (Yaumul Huzn). Yakni pada saat itu wafat Abdul Muthalib, Siti Khadijah danAbu Thalibsecara berturut-turut.Dengan wafatnya Abu Thalib (paman Nabi) ini, pihak kafir Quraisy merasa semakin leluasa mengganggu dan menentang Nabi SAW. Tha’if merupakan kota terbesar setelah Hijaz. Di sana terdapat Bani Tsaqif, suatu Kabilah yang cukup kuat dan besar jumlah penduduknya. Rasulullah SAW pun berangkat ke Tha’if dengan harapan dapat membujuk Bani Tsaqif untuk menerima Islam.
Dengan demikian, beliau dan pengikutnya akan mendapatkan perlindungan dari gangguan kaum kafir Quraisy. Beliaupun berharap dapat menjadikan Tha’if sebagai pusat gerakan dakwah.
Setiba di sana, Rasulullah SAW mengunjungi tiga tokoh Bani Tsaqif secara terpisah untuk menyampaikan risalah Islam. Namun apa yang terjadi???
Bani Tsaqif bukan saja menolak ajaran Islam, bahkan mendengar pembicaraan Nabi SAW pun mereka tidak mau. Rasulullah SAW diperlakukan secara kasar dan biadab.
Menghadapi perlakuan tokoh Bani Tsaqif yang sedemikian kasar itu, Rasulullah SAW yang memiliki sifat bersungguh-sungguh dan teguh pendirian, tidak menyebabkannya berputus asa dan kecewa.
Setelah meninggalkan tokoh-tokoh Bani Tsaqif yang tidak dapat diharapkan itu, Rasulullah mencoba berdakwah di kalangan rakyat biasa. Namun kali ini pun beliau mendapat kegagalan.
Mereka mengusir Rasulullah SAW dari Tha’if dengan berkata,”Keluarlah kamu dari kampung ini! Dan pergilah ke mana saja kamu suka!”
Ketika Raulullah SAW menyadari bahwa usahanya tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Tha’if. Tetapi penduduk Tha’if tidak membiarkan beliau keluar dengan aman. Mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan.
Rasulullah SAW kemudian menjumpai tempat yang aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut, kemudian beliau berdoa dengan sambil meneteskan air mata mengadukannya kepada yang Allah Jalazalluhu warahamatuh, ”Wahai Tuhanku, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan Yang Maha Rahim, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engakaulah tuhanku. Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Kepada musuh yang akan menerkam aku atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap dan atas-Nya lah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahan-Mu atau dari Engkau turun atasku azab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau.”
Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT oleh Nabi SAW sehingga Allah SWT mengirimkan malaikat Jibril untuk menemuinya.
Setibanya di hadapan Nabi, Jibril AS memberi salam seraya berkata,”Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.”
Sambil berkata demikian, Jibril AS memperlihatkan barisan para malaikat itu kepada Rasululah SAW.
Kata malaikat itu, “Wahai Rasululah, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertintid. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.”
Mendengar tawaran malaikat itu Rasulullah dengan sifat kasih sayangnya berkata, ”Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”
Hijrah Ketiga Rasulullah SAW ke Madinah adalah hijrah adalah meninggalkan tempat tinggal dan pindah ke tempat yang baru hijrah ini, yaitu meninggalkan yang jelek dan berpindah ke hal yang baik.
Seseorang yang biasanya berperilaku jelek, buruk, jahat tidak terpuji kemudian meninggalkan semua perilaku yang serba negatif tersebut dan menggantinya dengan perilaku yang baik , terpuji bermanfaat maka orang tersebut dapat jug adisebut sebagai orang yang berhijrah dari perilaku jelek dan berpindah menjadi berperilaku baik. Rasulullah SAW menjelaskan dalam lewat salah seorang sahabat yang bertanya kepada beliau, ”Hai Nabi Allah, hijrah yang manakah yang baik?” Rasulullah SAW menjawab, ”Apabila kamu meninggalkan sesuatu yang jelek.”
Hijrah yang ketiga kaum muslimin adalah yang paling besar dan paling penting karena dikuti oleh seluruh kaum muslimin Mekkah beserta Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Hijrah ketiga ini membawa perubahan besar bagi kehidupan kaum muslimin dan Islam sendiri. Sebab setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah, kaum muslimin dapat hidup bebas daari tekanan dan ancaman kaum kafir Quraisy dan dapat mempraktikan kehidupan yang Islami, damai dan tentram secara leluasa di Madinah.
“Ini menjadi tahun penting dalam khazanah dunia Islam. Kaum Anshor dan Muhajirin dapat disatukan dalam satu kesatuan di bawah pemerintahan madinah Munawarah. Bahkan dalam kepemilikan, kaum Anshor dan Muhajirin dapat saling berbagi, tidak hanya itu Nabi Muhammad SAW juga diangkat langsung menjadi pemimpin Madinah Munawarah (kota yang bermandikan cahaya),” kata KH Abror Muhsodiq yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror, Bukateja Purbalingga.
Sementara itu Habib Ali bin Umar Al Qithan Dalam agama Islam hijrah mempunyai pengertian tersendiri, hijrah menurut ajaran Islam harus dilakukan karena mencari ridha Allah bukan untuk mencari sesuatu yang lain. Menurut Sabda Rasulullah SAW, barang siapa yang berhijrah dengan niat mencari wanita atau harta yang diinginkan tersebut.
Bunyi hadist ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab, dari Amirul Mukminin Abu Hafs Umar bin Khattab ra ia berkata,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,’Bahwasannya smua amal perbuatan itu tergantung pada niatnya , dan bahwasaannya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya , dan barangsiapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya itu,” kata Habib Ali.
Karena sekarang sudah memasuki bulan Muharam, dimana dari tanggal 1-10 Muharam (Assyurra) banyak amalan ulama salaf yang bisa diamalkan seperti memperbanyak puasa, sedekah, santuni anak yatim, silaturahim dengan ulama’ dll.”Karena dipergantian tahun ini kita muhasabah (intropeksi diri) selanjutnya semoga tahun 1439 yang akan datang lebih baik dari tahun sebelumnya. Dimana kita mengawali permulaannya dengan baik semoga berakhir pula dengan lebih baik (khusnul khatimah),” lanjut Habib Ali bin Umar Al Qithban, yang jug adalah Pembina majlis Taklim Riyadhus Shalihin Bukateja Purbalingga.
Acara pengajian ahad pagi kemudian ditutup dengan doa oleh Habib Ali bin Umar Al Qithban. Selanjutnya jamaah yang memadati Masjid Minbahul Falah Desa Penaruban itu saling bersalam-salaman dan pulang ke rumah masing-masing.(***)Aji Setiawan