Sabtu, 08 Februari 2020

Takziyah KH Salahudin Al Ayubi Jombang

Takziyah KH Salahudin Wahid Innalillahi, Pejuang HAM Yang Gigih Kini Telah Wafat Jombang-Kabar duka datang dari keluarga besar Nahdlatul Ulama. Salah satu tokoh NU yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid, atau kerap disapa Gus Sholah, meninggal dunia di RS Harapan Kita, Jakarta, Ahad (2/2), pada 20:59 WIB. “Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah Gus Solah, pada pukul 20:59 Di RS. Harapan kita, Mohon segala khilafnya dimaafkan. Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu. Semoga alm. husnul khatimah,” tulis Iim Arif Rahman, keponakan Gus Sholah melalui pesan singkat yang diterima NU Online, Ahad. Jenazah akan dimakamkan di kawasan pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Namun sebelum diberangkatkan ke Tebuireng disemayamkan dulu di rumah duka di kawasan Tendean, Jakarta. Gus Sholah wafat di usia 77 tahun. Ia merupakan saudara presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pria kelahiran 11 September 1942 ini adalah anak ketiga dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Hj Sholihah. Selain Gus Dur, saudara Gus Sholah adalah Nyai Aisyah, Dr Umar Alfaruq, Nyai Lily Wahid, dan Muhammad Hasyim. Gus Sholah menempuh pendidikan umum mulai dari SD Perwari Salemba, SMP Negeri 1 Cikini, kemudian SMA Negeri 1 Budi Utomo hingga menamatkan kuliahnya di jurusan Arsitek ITB (Institut Teknologi Bandung). Jenazah almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dimakamkan di pemakaman keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hal ini berarti Gus Sholah akan berada di lokasi yang sama dengan mantan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Menteri Agama RI yang juga ayahnya bernama KH A Wahid Hasyim dan pendiri organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asy’ari. Pantauan di area makam keluarga Tebuireng kemungkinan Gus Sholah dimakamkan tepat di sebelah baratnya makamnya Gus Dur. Dari posisi KH M Hasyim Asy’ari dan KH A Wahid Hasyim makam Gus Sholah akan berada di sebelah utaranya. Hal ini terlihat dari beberapa santri yang membersihkan area tersebut. Pemakaman KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dimulai sejak pukul 07.30 WIB rombongan peserta penumpang pesawat berkumpul di ruang VIP Bandara Halim Perdana Kusuma (HLP) Selanjutnya, sekitar pukul 08.30 WIB almarhum Gus Sholah dan keluarga inti berangkat dari rumah duka menuju ke HLP. Dengan prediksi pukul 09.30 WIB almarhum tiba di Bandara Halim PK. Setelah terbang satu jam lebih, pukul 11.30 WIB rombongan tiba di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Selanjutnya pukul 12.00 jenazah bertolak menuju Pesantren Tebuireng lewat jalur darat. Selambat-lambatnya pukul 14.00 WIB jenazah tiba di Tebuireng dan langsung disemayamkan di masjid Pondok Pesantren Putra Tebuireng. Di sini menunggu beberapa orang atau sahabat untuk ikut hormat terakhir menyolati jenazah. Pukul 16.00 WIB Senin, (3 /2) pemakaman almarhum. Turut melepas kepergian Almarhum, Gubernur Jawa Timur, Hj Khofifah Indar Parawansa. Berlanjut mewakili Pemerintah RI yakni Prof .Dr. Moh Mahfoedz, MD (Menkopolhukam RI). Sementara mewakili PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haidar Nashir dan ditutup dengan doa oleh KH Musthofa Bisri mewakili PBNU. Almarhum meninggalkan seorang istri yakni Hj Farida binti KH Saifuddin Zuhri dan 3 anak yaklni Irfan Asy’ari (Ipang Wahid), Iqbal Billy dan Arina Saraswati. Pejuang HAM kelahiran Jimbang 11 September 1942 ini adalah mantan anggota KOMNAS HAM RI tahun 2001-2004. Sempat mendaftar sebagai cawapres pada tahun 2004 bersama Wiranto. Di antara putra-putri KH Wahid Hasyim, Gus Solah dikenal sebagai sosok yang amat santun, tutur katanya halus dan pembawaan tenang. Orang yang baru mengenal sekali bertemu dengan nya akan menduga bahwa Gus Solah orangnya tertutup namun beliau sungguh amat terbuka dengan siapa saja, jadi jangan heran kalau di kediamanya banyak didatangi anak muda dari berbagai kalangan untuk berdialog. Banyak buku yang diterbitkan oleh beliau diantaranya Negeri di Balik Kabut Sejarah (2000), Mendengar Suara Rakyat (2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Jihad Akbar Bangsa Indonesia (2003), Ikut Membangun Demokrasi (2004).Karya Terakhir Gus Solah adalah "Film Jejak Dua Ulama" yang berisi tentang perjalanan hidup dua tokoh besar pendiri NU (Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari) dan pendiri Muhammadiyah (KH Achmad Dahlan) yang akan diputar di bioskop pada 22 Februari 2020 serentak di seluruh Indonesia. Sebelum aktif menulis, Gus Solah pernah aktif di ICMI tahun 1995-2000. Pada tahun 98-an, ia sempat dipasangkan dengan Amin Rais sebagai sekjen PPP, namun Amin Rais menolaknya dengan mendirikan partai baru yakni PAN. Pada muktamar NU ke 30 di Ponpes Lirboyo Kediri sempat mencalonkan diri sebagai ketua PBNU dan terpilih sebagai salah satu seorang ketua PBNU 1999-2004. Setelah lama aktif di Komnas HAM, ia kemudian pulang ke Jombang untuk meneruskan jejak sang Ayah, yakni menjadi pengasuh Ponpes Tebuireng Jambang, menggantikan Pamannya yang wafat yakni KH Yusuf Hasyim (Pak Ud).“Allohuma ‘indaka ahtasibu mushibatti fa ajirni fihaa wa abdinii minha khairan.” Selamat Jalan Pejuang HAM yang gigih dan berani, jejakmu selalu terpikul pada generasi muda NU untuk meneruskan perjuangan HAM di Indonesia. Tujuh hari Peringatan 7 Hari wafatnya KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa timur, yang digelar pada Sabtu (8/2/2020 dihadiri sekitar lima ribu santri dan masyarakat dari berbagai daerah. Sejumlah kiai serta tokoh juga hadir  memberikan testimoni atau kesaksian tentang Gus Sholah selama masa hidupnya. Mereka antara lain, Lukman Hakim Syaifuddin Menteri agama periode 2014-2019, Emha Ainun Najib atau Cak Nun, dan Din Syamsuddin mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Miftakhul Akhyar (PBNU) dan banyak tokoh lainnya. Tahlil KH Syakir Ridwan dan Yasin rampung berlanjut dengan sambulan dari Sahibul Bait, Dr Umar Wakhid dan KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin), selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng. Acara tersebut digelar setelah Salat Isya di Masjid Pesantren Tebuireng, Jombang. Jamaah meluber hingga luar area masjid. Untuk ma’uidzah hasanah secara langsung disampaikan oleh Imam Suprayogo dari Malang. Beberapa kiai lain juga akan memimpin kegiatan tahlil dan doa bersama. Bukan hanya jamaah putra, jamaah putri juga banyak yang hadir. Mereka duduk di tempat duduk yang sudah disediakan oleh pengurus pesantren di bawah tenda. Sementara di bilangan Menteng, Jakarta Pusat juga digelar tujuh hari wafatnya Gus Solah yang dihadiri banyak tokoh nasional seperti H. Yusuf Kalla, KH Abdur Rasid Abdullah Syafi’i , Sandiaga Uno dan lain-lain. (***) Aji