Senin, 25 April 2016

Islam Nusantara



Sebagian lagi menilai bahwa gagasan Islam Nusantara juga berpotensi besar untuk memecah-belah kesatuan kaum Muslim, sehingga akan muncul istilah Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Australia, dan sebagainya. Gagasan Islam nusantara disinyalir akan memicu sikap saling menonjolkan kedaerahannya didalam eksistensinya ber-Islam. Seperti cara membaca Qur’an dengan langgam Jawa yang akan memunculkan berbagai egoisme Islam yang bersifat kedaerahan seperti gaya baca Sunda, Batak, Makassar, Aceh, Palembang.
Bagi pengusung ide “islam nusantara”, – sebagaimana dikatakan oleh Moqsith Ghazali- Ide Islam Nusantara datang bukan untuk mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Islam nusantara bukan sebuah upaya sinkretisme yang memadukan Islam dengan “agama Jawa”, melainkan kesadaran budaya dalam berdakwah sebagaimana yang telah dilakukan oleh pendahulu kita walisongo. Islam nusantara tidak anti arab, karena bagaimanapun juga dasar-dasar islam dan semua referensi pokok dalam ber-islam berbahasa Arab.
Terlepas dari perbedaan prespektif di atas, untuk memahami istilah islam nusantara  -bagi kami orang awam-, tidak diperlukan pembahasan yang jlimet, ruwet bin ndakik-ndakik sebagaimana yang dipaparkan oleh para cendekiawan, kiai, professor, tetapi dengan memahami kata dari term islam nusantara yang mana terdiri dari dua kata yang digabung menjadi satu, atau dalam kamus santri dinamakan idhafah yaitu penyandaran suatu isim kepada isim lain sehingga menimbulkan makna yang spesifik, kata yang pertama disebut Mudhaf (yang disandarkan) sedang yang kedua Mudhaf ilaih (yang disandari).
Dari teori di atas dapat dipahami bahwa istilah islam nusantara merupakan gabungan kata islam yang berarti agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad serta kata nusantara yang dalam KBBI merupakan nama bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia, penggabungan ini bertujuan untuk mencapai makna yang spesifik. Namun penggabungan kata ini masih menyisakan berbagai pemahaman, karena sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Malik diatas, bahwa penggabungan (idhafah) harus menyimpan Huruf Jar (harf al-hafd) yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FI dan LAM.
Peng-Idhafah-an dengan menyimpan makna huruf MIN memberi faidah Lil-Bayan (penjelasan) apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa jenis dari Mudhaf. Teori ini tidak bisa di aplikasikan pada susunan Islam nusantara karena nusantara bukan jenis dari kata islam, jika dipaksakan akan memunculkan pemahaman bahwa islam nusantara merupakan islam min (dari) Nusantara, toh pada kenyataannya Islam hanya satu yaitu agama yang dibawa oleh Rasul akhir zaman.
Peng-Idhafah-an dengan menyimpan makna huruf LAM berfaidah Kepemilikan atau Kekhususan (Li-Milki, Li-Ikhtishash). Memahami dengan teori ini akan memunculkan takhsis dalam terhadap islam, islam untuk orang nusantara, realitanya islam agama yang universal, bukan agama yang khusus golongan atau bangsa tertentu.
Sedangkan Idhafah dengan menyimpan makna huruf  FI berfaidah Li-Dzarfi apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa Dzaraf  bagi lafazh Mudhaf. Teori ini merupakan yang paling tepat digunakan dalam memahami term islam nusantara, karena sebagaimana disebut di atas kata nusantara merupakan nama bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia, artinya Islam Fi Nusantara, agama islam yang berada dinusantara, yaitu agama islam yang dibawa oleh Nabi yang diimani oleh orang-orang nusantara. Makna kata islam disini tidak tereduksi karena di-idhafah-kan dengan kata nusantara, karena hubungan antara Mudhaf-Mudhaf ilaih disini sebatas menunjukan spesifikasi tempat atas Mudhaf ilaih.
Dari uraian singkat diatas, dapat dipahami bahwa term Islam Nusantara bukan merupakan upaya me-lokal-kan islam, atau bahkan membuat “agama” Islam Nusantara akan tetapi usaha dalam memahami dan menerapkan islam tanpa mengesampingkan tempat islam di imani dan dipeluk.(www.nu.or.id)

Future of Agriculture Indonesia


Many people are pessimistic about the future of agriculture and food security in Indonesia. Agricultural world as if waiting for a death knell for the failure of various development policies related to unsuccessful improve the welfare of farmers.

Problems of agricultural development is very complicated and intertwined. Inappropriate policy would have fatal consequences and can worsen the condition that farmers would suffer even more.

Taking into account the potential wealth of resources both physical and human we can actually fairly optimistic towards the revival and prosperity of agriculture which ultimately will bring increased standard of living of its protagonists, namely farmers.

The most fundamental thing is the commitment and goodwill of all components of the nation to restore the momentum of development of agriculture as a driver of the nation's economy. Political will and alignments of state and politicians became one of the determinants of agricultural revival.

Food and problem
In the context of the general agricultural development Indonesia has tremendous potential. Oil palm, rubber and cocoa we started moving over the world market. However, in the context of food production there is a uniqueness.

Indonesia is the world's third largest rice producer after China and India. Indonesia's contribution to world rice production by 8.5 percent, or 51 million tonnes (Rice Almanac, 2002). China and India as major rice producers contribute 54 percent. Vietnam and Thailand, which was traditionally a rice exporting countries contributed only 54 and 3.9 percent.

Indonesian rice production averages 4.3 tonnes / hectare. The productivity has surpassed India, Thailand, and Vietnam. Although still below the productivity of Japan and China (average above 6 tons / hectare).

Then, why Indonesia almost every year always faced recurring problems with food production. Its main rice?

There are some serious issues that need to be examined and resolved. One of the main reasons is the very large number of people. Statistics show that in the range of 230-237 million. The staple food is rice so that all residents of the obvious need for rice is unusually large.

Indonesia's population is largest rice eaters in the world with a consumption of 154 kg per person per year. Compare this with the average consumption in China is only 90 kg, 74 kg India, Thailand 100 kg and 100 kg Philppine (IRRI, 1999).
It also shows that food diversification program in Indonesia is still far from successful. However, as long as we still consume rice with such numbers, the food problem will still be difficult to overcome.

Another issue is the lack of structural transformation runs. Wherever in the world there is a pattern that the role of agriculture in the national economy will decline and no movement of the labor force from agriculture to industry and services sectors.

In Indonesia, agricultural land increasingly met by new labor force because there is no alternative to finding a job. Of course it is very influential on the productivity and efficiency of its production. In certain stages of Clifford Geertz's thesis on agricultural involution appears to have been valid.

Looking for a Way Out
Completion of the issue of agriculture also depends on other sectors. Agriculture alone will never be able to resolve its problems. The integration of cross-cutting need to address the issues as interrelated.

Policies related to diversification of food processing. Sectors of industry and commerce will play an important role. Diversification of food must begin seriously to take action to exhume the local food especially the tubers are numerous. Need to systematically campaigned as a substitute for rice to some extent.

Japanese experience campaigning for local food and wheat when scarcity of food / rice early defeat in World War II by providing food for school children proved highly effective influence food consumption behavior. This time the Japanese rice consumption is only 90 kg per person per year with a downward trend.

The issue of farmers' access to land is also a very serious issue. Most of our farmers are smallholders (Kahan ownership of less than 1,000 meters), the number of tuna Kisma increasing continuously. Land reform policies initiated since the beginning of the SBY administration seems to also not give clear results.

In addition to the real implementation of land reform that gives access to the land to farmers. Problems smallholders also related to the structural transformation of rural and agricultural.

In the structural transformation of rural industry through the creation of local food processing are likely to create new jobs both in terms of production, processing, and distribution and marketing. Healthy and productive agriculture (viable) should have a sufficient extent.

Most smallholders and tuna Kisma can switch professions to rural industry if his chances were created. Indirectly, it also provides an opportunity some farmers to manage land with economies of scale through rental system as well as for the results so the expected productivity increased markedly.

Need to do a variety of policies that can provide incentives for farmers to increase their productivity. Large investments both investments in human resources and physical resources in agriculture so should be a priority.

Research and technology development as well as agricultural extension both national, regional, and local levels are extremely vital. Serious research on new seeds with high productivity through biotechnology approach is also a pretty good solution.

Currently farmers increasingly difficult to obtain good quality seeds because generally produced by multinational corporations that profit oriented so the price is very expensive. Research institutions and universities as a provider of public goods should be fully supported so as to generate alternative technologies and innovations that can be accessed by the public's mainly small farmers in the countryside.

Development of agricultural infrastructure such as irrigation, rural roads, rural markets, and others become vital to encourage farmers. If policies can run well and able to provide incentives for farmers, the hope and optimism for the success of agricultural development will be more real. Alignments and time will tell whether the farm we will rise or it will be buried.(***) Aji Setiawan


Minggu, 24 April 2016

Tanaman Hias






Tidak sedikit dari mereka yaitu para pengusaha yang sudah sukses dalam bisnis yang ia bangun dan diawali dengan hobi dan kebiasaan yang ia lakukan secara terus menerus. Begitu juga Anda, dengan hobi Anda sebagai pecinta tanaman hias maka Anda bisa menjadikannya suatu bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan dan penghasilan tambahan untuk Anda dan keluarga Anda. Dengan demikian, tanaman-tanaman hias yang Anda koleksi selama beberapa tahun lamanya dapat menghasilkan keberkahan tersendiri. Nah, luar biasa kan??.
Jenis dari tanaman hias pun sangat variatif dan banyak sekali yang dapat Anda budidayakan menjadi usaha Anda sekarang, seperti ada kaktus, Bougenvil, mawar, melati, anggrek, dan tanaman hias lainnya.
Nah ketika Anda sudah memiliki kecintaan terhadap tanaman hias, yakin Anda pasti sudah bisa mengatur tempat dan suhu yang sesuai pada setiap masing-masing jenis tanaman hias. Selain itu, Anda juga sudah bisa memilih benih yang unggul agar menghasilkan tanaman hias yang bagus dan sehat. Dengan begitu, tanaman hias yang tumbuh akan lebih bagus dan berkualitas dan bisnis tanaman hias yang Anda jalankan akan menyediakan tanaman hias yang cantik-cantik.
Ada beberapa keuntungan dalam melakukan bisnis tanaman hias yang Anda jalankan ini. Salah satunya yaitu bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha tanaman hias yang Anda lakukan. Hal ini mengingat harga jual tanaman hias yang tidaklah kecil. Apalagi jika tanaman hias yang Anda pasarkan adalah tanaman yang memiliki bentuk yang unik dan masih belum terlalu banyak penjual bunga yang menjualnya pasti Anda akan mendapat keuntungan yang lebih banyak lagi. Nah, jika Anda ingin mendapatkan hasil tanaman hias yang unik, maka Anda harus mampu mempersilangkan tanaman-tanaman hias yang masih dalam satu marga.
Keuntungan yang lain yaitu tidak terlalu susah bisnis tanaman hias ini dilakukan, karena Anda hanya perlu merawatnya dengan rutin dan penuh kesabaran. Kesabaran inilah yang penting untuk Anda tancapkan dalam-dalam, karena mengingat tanaman hias yang terkadang membutuhkan waktu yang agak lama untuk berkembang biak dan kemudian menunggu lagi hingga agak besar sehingga ada orang yang mulai tertarik dengan tanaman hias Anda tersebut. Nah, bagi Anda yang sudah mempunyai hobi mengoleksi tanaman hias, maka tidak ada salahnya jika Anda memulai untuk melakukan bisnis melalui hobi Anda. Bagi petani yang membutuhkan bibit tanaman unggulan seperti Alovera, pucuk merah, jermani, bonsai, dapat memesan langsung ke tempat pembibitan untuk memilih bibit bermutu dan sehat, tersedia partai eceran dan grosiran atau lebih gampangnya datang langsung ke Kembaran 6/1, Cipawon, Bukateja Purbalingga Jateng, gampangnya kontak langsung telp 085290636532.(*****) Aji Setiawan

Kado dari Langit

Di saat menghadapi ujian dan tingkat perjuangan yang maha berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan menjalani Mi’raj. Sebuah kabar gembira dan kado istimewa dari langit untuk menghibur beliau yang tengah berduka cita

Setelah wafatnya paman Nabi, Abu Thalib dan tidak berapa lama kemudian disusul oleh isteri tercinta, Siti Khadijah. Baik Abu Thalib maupun Siti Khadijah adalah dua orang sosok yang telah banyak memberikan bantuan kepada Nabi, moril dan materiil. Kedua musibah itu terjadi pada tahun 10 dari masa kenabian. Pada tahun itu dalam sejarah disebut,”Aamul Huzni”(tahun kesedihan).
Pada saat yang bersamaan, beliau juga menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan yang sudah mencapai puncaknya. Gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dengan pengikut-pengikutnya juga semakin hebat. Maka Nabi diperintahkan oleh Allah SWT menjalani Isra’ dan Mi’raj. Hari itu adalah 27 Rajab pada tahun 621 M.
Pada tengah malam yang sunyi dan hening, burung-burung malam diam membisu, binatang-binatang buas berdiam diri, gemericik air dan siulan angin sudah tidak terdengar lagi. Ketika itu Rasulullah SAW tengah berbaring di samping Ka’bah. Tiba-tiba ia didatangi Malaikat Jibril dan Mikail. Keduanya lalu membawanya ke ke serambi Masjidil Haram.
Jibril lalu berkata pada Mikail,”Bawakan aku semangkuk air zamzam untuk mencuci hatinya dan melapangkan dadanya serta mengangkat namanya.”
Mikail kemudian membawakan mangkuk emas yang penuh dengan permata-permata dari cahaya, dan Jibril langsung menuangkan semua isi mangkuk tersebut ke dada Nabi serta memenuhinya dengan kebijaksanan, ilmu, keyakinan, dan iman kepada Allah SWT.
Setelah selesai, Jibril langsung menutup dada beliau dengan khotamunnubuwah (stempel kenabian) persis di antara dua pundaknya. Kemudian Jibril membawa Buraq. Ia adalah seekor binatang berwarna putih, sedikit lebih tinggi daripada seekor keledai tetapi lebih kecil daripada seekor unta.
Disamping buraq, Malaikat Jibril berdiri dengan wajah yang putih bersih berseri dan berkilauan seperti salju. Ia mengenakan pakaian yang berumbaikan mutiara dan emas, lalu Jibril melepas ikat rambut, terurailah rambutnya yang panjang itu. Dari sekelilingnya sayap-sayap berkilauan yang beraneka warna. Tangannya memegang buraq, yang bersayap seperti garuda.
Hewan itu membungkuk dihadapan Raulullah SAW. Ketika akan dinaiki oleh beliau agak kesulitan, maka Jibril pun menaruh tangannya di atas punggung Buraq yang bersinarkan cahaya. Lalu Jibril berkata,”Tidakkah engkau malu wahai Buraq? Tidak ada mahluq yang pernah menaiki mu lebih mulia di sisi Allah dari orang ini.”
Buraq pun malu sehingga bercucuran keringat. Setelah tenang, Rasulullah SAW pun naik di atasnya bersama Jibril, sambil berucap,”Bismillah wala haula quwata illa bilah.”
Sekali melangkah, meluncurlah buraq itu bagaikan anak panah membumbung di atas pegunungan Mekah, di atas pasir-pasir sahara menuju arah utara. Mereka berdua lalu tiba di sebuah daerah yang memiliki banyak kebun korma. Jibril lalu berkata,”Turunlah wahai Muhammad!”
Nabi pun turun dan langsung menunaikan shalat dua rakaat atas perintah Jibril. Selanjutnya mereka meneruskan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan perjalanan dan Jibril bertanya kepada Nabi,”Tahukah engkau di mana barusan engkau shalat?”
“Tidak,” jawab Nabi SAW.
“Wahai orang yang bagus peranginya, engkau tadi shalat di tanah Thoiybah (sekarang Madinah), di sanalah tempat hijrah nantinya,” kata Jibril.
Setelah terbang sebentar, lalu Jibril memerintahkan Buraq,”Turunlah di sini!”
Rasulullah SAW kemudian shalat dua rakaat dan mereka kembali melanjutkan perjalanan kembali.
Seperti biasa Jibril bertanya,”Wahai yang diutus rahmat, tahukah engkau di mana tadi engkau shalat?”
“Tidak,”
“Engkau tadi shalat di Madyan, di bawah pohon Nabi Musa, Kalimullah,”
Lalu berhenti di gunung Thursina di tempat Tempat Tuhan berbicara dengan Musa. Kemudian berhenti lagi di Bethlehem tempat Isa dilahirkan.
Sesudah itu kemudian melanjutkan perjalanan dan mereka menjumpai sekelompok manusia yang menanam dan memanen dalam sehari saja. Setiap kali mereka memanen tanaman itu akan tumbuh seperti semula. Nabi SAW kaget dan bertanya,
”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah, pahala mereka dilipatgandakan sampai 700 kali lipat dan siapakah yang tepat janjinya dari Allah.”
Kembali mereka bertemu kelompok manusia yang aneh, kepala mereka dihantam batu besar sampai pecah dan setiap kali pecah kepalanya kembali utuh seperti semula.
Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka gerangan?”
“Mereka adalah orang yang kepalanya terasa berat jika diajak melaksanakan shalat.”
Setelah itu mereka bertemu sekelompok manusia yang di bagian depan dan belakangnya ada tambalan. Mereka digembalakan seperti onta, memakan tanaman kering dan tanaman berduri. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah orang-orang yang tidak mau membayar zakat harta mereka, padahal Allah tidak pernah mendzalimi mereka.”
Pemandangan aneh lain juga nampak, sekelompok orang di hadapan mereka ada daging matang yang lezat tersedia dalam panci-panci. Di situ juga ada daging mentah busuk yang mengeluarkan bau tak sedap, ternyata mereka makan daging mentah dan busuk serta meninggalkan daging matang dan lezat.
“Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang memiliki wanita halal, tetapi malah mendatangi perempuan lacur dan tidur dengannya sampai pagi. Demikian juga dengan perempuan yang memiliki suami halal, tetapi tidur bersama laki-laki keji dan menginap bersamanya dalam maksiat.”
Dalam perjalanan berikutnya mereka melihat sebongkah kayu tergeletak di tengah jalan, tidak seorang pun yang lewat kecuali kayu tersebut dapat mengoyak baju serta menghalangi pejalan kaki yang melewatinya. Melihat hal aneh tersebut, Nabi SAW bertanya,”Apa maksudnya ini, Jibril?”
“Ini adalah perumpamaan sekelompok kaum dari umatmu yang duduk-duduk di jalanan untuk menggosip, mengadu domba dan mengganggu,” jawab Jibril menjelaskan seraya membaca sebuah ayat dalam Al-Qur’an.
Dalam perjalanan itu Nabi juga melihat seorang laki-laki berenang di sebuah sungai darah dan menelan bebatuan terbuat dari api.”Apa ini wahai Jibril?”
“Ini adalah pemakan riba yang telah diharamkan oleh Allah SWT,”jawab Jibril.
Selanjutnya ada seorang laki-laki yang mengumpulkan beberapa ikat kayu bakar tetapi tidak mampu membawanya,”Apa maksud kejadian ini wahai Jibril?”
“Ini adalah laki-laki dari umatmu yang membebani dirinya dengan amanat-amanat manusia. Padahal sebenarnya dia tidak mampu untuk melaksanakannya, tetapi dia memaksakan diri untuk menambah amanat-amanat lainnya,” terang Jibril.
Kemudian Nabi SAW bertemu sekelompok orang yang lidah dan bibir mereka digunting dengan gunting besi. Setiap kali digunting langsung kembali seperti semula. Nabi SAW bertanya,”Siapakah mereka wahai Jibril?”
“Mereka adalah para penceramah dari umatmu yang berkata sesuatu yang tidak mereka kerjakan tanpa perhatian dan cegahan,” kata Jibril.
Nabi SAW juga melewati sekelompok kaum dari umatmu yang memiliki kuku dari timah, dengan kuku tersebut mereka mencabik-cabik muka dan dadanya sendiri, mereka benar-benar tersiksa dengan hal itu.
Siapakah mereka?”
“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mengganggu kehormatan mereka.” kata Jibril.
Nabi SAW juga melihat seekor kerbau besar keluar dari lubang kecil dan ingin kembali masuk ke lubang tersebut tapi sama sekali tidak bisa. Beliau lalu bertanya,”Apa maksudnya ini wahai Jibril?”
“Ini adalah seorang lelaki dari umatmu yang mengeluarkan kata-kata jelek kemudian menyesal atas ucapannya tetapi tidak mampu menarik omongannya yang sudah terlanjur keluar.”
Tak berselang berapa lama kemudian ada seseorang yang memanggil-manggil beliau dari arah kanan,”Wahai Muhammad, tataplah aku!”
Tetapi Nabi SAW tidak menghiraukannya karena hikmah dan tuntunan dari Allah SWT.
Beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Yahudi, andaikata engkau tadi menjawabnya, maka seluruh umatmu akan menjadi Yahudi,”jawab Jibril.
Setelah itu muncul lagi panggilan dari sebelah kiri,”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Sebagaimana yang panggilan yang pertama, Nabi SAW tidak menghiraukannya sama sekali. Kemudian beliau bertanya,”Apakah itu wahai Jibril?”
“Itu adalah panggilan Nasrani. Seandainya engkau penuhi panggilan tersebut, maka umatmu akan menjadi Nasrani.”
Beliaupun meneruskan perjalanan dan tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyingsingkan kedua lengan bajunya memanggil, ”Wahai Muhammad tataplah aku.”
Nabi SAW tidak menghiraukannya karena dia itu adalah dunia, Jibril berkata, ”Kalau seandainya engkau menjawab panggilan itu maka seluruh umatmu akan lebih memilih dunia dari pada akhirat.”
Beliau juga dipanggil oleh seorang tua yang berada di pinggir jalan,”Muhammad kemarilah.”
Namun Jibril langsung bekata,“Teruslah berjalan wahai Muhammad!”
“Siapakah dia itu?”
“Dia itu Iblis,” jawab Jibril sambil melanjutkan,“Ia ingin kamu melenceng dan mengikuti dakwahnya karena dia adalah musuh Allah.”
Nabi SAW masih meneruskan, tiba-tiba ada seorang wanita tua yang sudah sakit-sakitan berada di samping jalan memanggil beliau,”Muhammad, pandanglah aku.”
Nabi SAW kemudian bertanya,”Siapakah dia, Jibril?”
“Sungguh tidaklah tersisa dari umur dunia kecuali seperti yang tersisa dari umur perempuan tua yang sudah rapuh dimakan usia ini.“
Lalu mereka meluncur lagi ke udara bersama Buraq hingga tiba di Baitul Maqdis. Setelah itu beliau pun mengikat Buraq pada sebuah cincin yang biasa dikenakan oleh para nabi. Kemudian beliau masuk ke dalam Masjid lewat pintu Yamaniyah. Bersama Jibril, beliau mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Tak lama berselang, seorang muadzin mengumandangkan adzan. Jibril lalu menuntun Nabi SAW untuk menjadi imam shalat dua rakaat di dalamnya bersama Ibrahim, Musa dan Isa. Seusai shalat para Nabi memuji Allah SWT.
Nabi SAW lalu bersabda, ”Masing-masing dari kalian memuji Tuhan-Nya dan aku pun memuji Tuhanku, Allah SWT.”
Nabi melanjutkan kembali khutbahnya, ”Segala puji bagi Allah yang telah mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Allah telah turunkan ayat-ayat Qur’an kepadaku. Dan umatku dijadikan umat yang tengah-tengah, merekalah yang pertama dan terakhir. Allah telah melapangkan dadaku, meninggikan sebutanku, menjadikanku pembuka dan penutup para nabi-nabi-Nya.”
Selesai berkhutbah, Nabi SAW keluar dari masjid, lalu Jibril membawakan secangkir susu dan khamer, Nabi Muhammad SAW memilih secangkir susu. Lalu Jibril berkata: “Engkau telah memilih fitrah. Yakni watak yang selamat. Andaikata engkau memilih khamer, tentulah umatmu akan sesat, ” kata Jibril.
Menuju langit ketujuh
KEMUDIAN setelah itu, dibawakannya sebuah tangga yang dipancangkan di atas batu Ya’qub. Dengan tangga itu Muhammad cepat-cepat naik ke langit. Kemudian Jibril naik ke atas bersama Nabi Muhammad SAW menuju langit pertama. Jibril memerintahkan langit pertama terbuka dan terdengar suara,”Siapakah gerangan?”
“Jibril,” jawab Malikat Jibril.
Terdengar suara lagi,”Siapakah gerangan bersamamu?”
Jibril menjawab:”Muhammad.”
Terdengar lagi suara,”Adakah ia seorang Rasul?”
Jibril menjawab, ”Ya Muhammad Rasulullah, lalu pintu terbuka bagi kami. Saya bertemu Adam yang menyambutku dan mengucapkan salam kepadaku. Kemudian kami ke langit kedua, dan Jibril memerintahkan agar langit kedua terbuka.
Terdengarlah suara:”Siapakah gerangan?”
Jibril menjawab:”Muhammad”
Terdengar langi suara:”Adakah ia seorang Rasul?”
Lalu Jibril menjawab lagi:”Ya Muhammad Rasulullah.”
Kemudian pintu pun terbuka bagi Muhammad dan Jibril. Mereka disambut Isa putra Maryam dan Yahya Ibn Zakaria. Setelah mengucap salam, Muhammad dan Jibril naik ke langit ketiga dan terjadi seperti sebelumnya. Pintu terbuka dan bertemu dengan Nabi Yusuf.
Selepas mengucap salam, mereka naik ke langit keempat dan bertemu dengan Nabi Idris. Pada langit kelima mereka bertemu dengan Harun As. Lalu dilanjutkan ke langit keenam dan mereka berjumpa dengan Nabi Musa As. Selanjutnya naik lagi ke langit ketujuh dan mereka berjumpa dengan Ibrahim As.
Nabi Muhammad dan Jibril bertemu dengan Ibrahim yang tampak kurus sedang menjaga Baitul Ma’mur (rumah yang banyak dikunjungi). Setiap hari 70.000 malaikat berkunjung kepadanya.
Kemudian Jibril mengantarkan Muhammad lagi ke sebuah pohon di Sidratul Muntaha, daunnya mirip telinga gajah dan buahnya mirip bejana yang terbuat dari tembikar. Ketika itu perintah Allah menyelimutinya, maka tidak satupun dari mahluknya yang mampu menggambarkan keindahannya.
Kemudian Allah mewahyukan apa yang telah Dia wahyukan. Allah SWT menetapkan kewajiban atas Nabi Muhammad SAW 50 salat dalam sehari semalam. Nabi Muhammad SAW kemudian turun dan bertemu dengan Musa dan dia bertanya,”Apa yang telah ditetapkan Allah sebagai kewajiban terhadap umatmu?”
Rasulullah SAW menjawab,”50 salat,”
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan! Umatmu tidak akan mampu melakukannya. Saya telah mencobakan hal itu kepada Bani Israil dan aku memberikan saran kepadamu berdasarkan pengalamanku,” kata Musa.
Rasulullah kemudian kembali menjumpai Allah dan berkata,”Ya Tuhanku, kurangilah kewajiban tersebut demi umatku.”
Lalu Allah mengurangi lima salat. Dan Nabi Muhammad SAW dan bertemu Nabi Musa kembali sambil menceritakan bahwa Allah SWT telah mengurangi lima salat. Musa menjawab,”Umatmu tidak akan sanggup melakukannya, jadi kembalilah kepada Tuhanmu mintalah keringan.”
Nabi Muhammad SAW berkali-kali naik turun menemui Musa hingga akhirnya Allah berfirman: “Muhammad, sekarang tinggallah lima salat untuk dikerjakan dalam sehari dan semalam. Masing-masing salat setara sepuluh salat, sehingga lima salat tersebut sepadan dengan 50 salat. Siapapun yang berniat melakukan kebajikan, kemudian ia tidak mengerjakannya, ditulis baginya satu kejahatan.
Ketika Nabi Muhammad SAW turun ke langit keenam di mana tempat Musa berada.
”Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah pengurangan!” perintah Musa.
“Saya telah berulang kali menghadap Tuhan dan memohon pengurangan sampai-sampai saya malu di hadapan-Nya,” jawab Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW yang telah menerima perintah salat lima waktu itu pun kemudian bergegas dengan Jibril meninggalkan Musa dan mengunjungi Surga. Jibril pun menerangkan tentang keberadaan surga yang disediakan bagi manusia-manusia beriman sesudah mereka dibangkitkan.
Kemudian Nabi SAW kembali menuju tangga yang membawanya kembali ke bumi. Buraq pun dilepaskan, maka ia pun kembali dari Baitul Maqdis menuju Mekah.
AST, Al-Bisyr Wa Al-Ibtihaj fi Qissah Al-Isra’ wa Al-Mi’raj