Jumat, 02 Oktober 2020
Ziarah
Wisata Ziarah Makam Sayid Mansyur Purbalingga
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah berada di antara cekungan-cekungan dari beberapa rangkaian pegunungan yang ada di sekitarnya. Di sebelah Utara merupakan rangkaian pegunungan dari Gunung Slamet dan dataran tinggi Dieng, sedangkan bagian Selatan merupakan Depresi Serayu yang dialiri oleh dua sungai besar yaitu kali dan anak sungainya yaitu kali Pekacangan. Dari kali Pekacangan ini bertemu anak sungai Klawing dan akhirnya bermuara menjadi satu menjadi sungai Serayu. Saat ini potensi batu akik sungai Klawing sedang booming, setelah pesona batu pancawarna dan nagasui menjadi juara internasional di majalah Gramstone. Selain potensi batu pancawarna Klawing, ada juga potensi batu akik bahkan batu warna yang ada di Kec Karanganyar, Mrebet, Karangmoncol dan Rembang serta sepanjang sungai Pekacangan.
Ada beberapa tempat wisata di Purbalingga yang terkenal sampai ke daerah di luar kabupaten Purbalingga, dan juga digemari oleh kebanyakan orang. Kabupaten Purbalingga sendiri merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kotanya yaitu Purbalingga. Kabupaten Purbalingga berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara di sebelah Timur dan Selatan, serta berbatasan dengan Kabupaten Banyumas di sebelah Barat dan Selatan. Secara geografi, Kabupaten Purbalingga terbentang pada altitude + 40 sampai 1.500 meter diatas permukaan laut.
Ibu kota Kabupaten Purbalingga yakni Purbalingga yang berada di sekitar 21 km sebelah Timur Laut Purwokerto. Di Kabupaten Purbalingga ada terdapat banyak industri, seperti industri bulu mata dan wig serta industri knalpot sebagai alternatif suku cadang murah. Selain terdapat banyak industri, ada pula beberapa tempat wisata di Purbalingga yang terkenal sampai keluar daerah Purbalingga semacam Objek Wisata Owabong (Bojongsari), Gua Lawa (Karangreja), Monumen Jendral Sudirman (Rembang), Wisata Air Congot (Kemangkon) dan lain-lain.
Salah satu Objek wisata ziarah yang diminati oleh penduduk sekitar Purbalingga adalah objek wisata makam Syekh Mansyur. Sekitar seribuan Jamaah Majlis Dzikir Nurul Hakim memadati areal kompleks Makam Syech Sayid Ahmad Al Mansyur di dusun Karangnangka Desa Sumampir Kec Rembang. Mereka datang untuk bersilaturahmi, berziarah dan halal bi halal bersama pimpinan Majlis Dzikir Nurul Hakim , yakni Raden Sayid Amir Hakim. Acara Haul tahunan di komplek Makam Syekh Sayid Ahmad Al Mansyur ini berlangsung setiap bulan Sya’wal, dimana anggota jamaah istighosah berkumpul bersama dari berbagai daerah. Acara rutin selapan ada malam Kamis Kliwon, dengan mengundang ceramah dari ulama setempat.
Untuk menuju komplek makam wisata ziarah ulama Persia ini,dapat ditempuh baik dengan kendaran pribadi maupun angkutan umum. Kawasan wisata ziarah spiritual ini berdekatan dengan wisata ziarah Syekh Jambu Karang, yang berada di Desa Penusupan kec Karangmoncol dan wisata pendidikan Monumen Jendral Sudirman yang berada di desa Bantarbarang, kec Rembang Kab Purbalingga.
Agar sampai di kompleks makam, jalur yang paling mudah ditempuh oleh peziarah adalah dari arah terminal Bobotsari menuju ke arah timur kec Rembang Purbalingga. Dari Bobotsari ke Desa Sumampir , peziarah akan diajak melintasi jalan tembus yang berliku sepanjang 20 kilometer. Sampai pertigaan Sumampir atau kompleks Pasar Sumampir, belok kiri ke arah utara sekitar 5 kilometer menuju grubul Karangnangka. Kendaraan anda harus fit betul, jalan menanjak dan menurun curam beraspal namun masih berkabut oleh embun pegunungan yang meyegarkan tubuh. Areal Parkir paling mudah di sekitar masjid Abdurrahman, dusun Karangnangka, Desa Sumampir. Peziarah kemudian berjalan kaki menyusuri bukit areal pekuburan sepanjang satu kilometer yang sudah dikrosok.
Awalnya kompleks makam ini merupakan tanah pekuburan biasa, setelah pemilik tanah merelakan untuk dijadikan areal ziarah, mulailah di bangun tempat yang representatif untuk berziarah. Jalan menuju kompleks makam sudah berbatu dan tidak licin pada waktu musim hujan, bahkan jalan berundak menuju kompleks makam sudah dicor beton sehingga memudahkan peziarah untuk mencapai kompleks makam. Kini Gapura Makam juga sudah dibangun menyambut setiap penziarah yang datang.
Panorama yang indah di berlahan utara bukit, menambah refreshing bagi peziarah sembari menikmati suasana alam dan udara yang mampu menyegarkan tubuh.Di area makam, tumbuhan pohon cengkih dan kapulaga diselingi desir hawa sejuk pegunungan menyambut peziarah. Lelah tiada terasa sampai di kompleks makam.
Sambil berziarah, pengunjung diajak menapak tilasi dakwah dari Syech Sayid Ahmad Al Mansyur sejaman Syech Abdul Qadir Jaelani, dimana Syekh Mansyur adalah murid Syech Abdul Qadir Jaelani, jauh sebelum masa dakwah Walisongo. Syekh Mansyur diperkirakan masuk ke Tanah Jawa dari Persia, menuju Gujarat dan sempat singgah melalui Bandar Malaka (Aceh).
Sampai di Tanah Jawa, Syekh Mansyur berdakwah kemudian menemukan tempat yang strategis dan berdakwah dengan masyarakat setempat. Selain menyebarkan Islam,Syekh Mansyur juga seorang pedagang keliling. Namun dakwah Islam ini terputus sejaman dengan Wali I yang datang ke Tanah Jawa (sebelum Wali Songo) atau sekitar abad 10 H sebagaimana dengan Syekh Subadar (Magelang), Syekh Jumadil Kubro (Jogja), Syekh Bela Belu (Bantul), Syekh Iskandar (Kediri), Syekh Maulana Malik Ibrahim (Gresik) dan lain-lain. Karena awal kedatangan Agama Islam ke Nusantara banyak sekali versinya. Sementara Wali Songo sendiri baru masuk ke Tanah Jawa pada abad 11 dan 12 H, sejaman dengan runtuhnya Kerajaan Hindu Majapahit dan Mataram Kuno atau Mataram Hindu.
Kembali ke cerita Syekh Mansyur. Makam ini diketemukan pada tahun 2003 dan mulai dibangun areal kompleks makam dengan petilasan dan tempat berteduh pengunjung. Oleh pemerintah desa setempat, jalan menuju kompleks makam dicor beton agar memudahkan penziarah menuju kompleks makam.
Menurut Juru Kunci Makam dan sekaligus Perangkat Desa Sumampir , Galih Prabowo menuturkan, acara kegiatan yang rutin baru pada acara Haul Bulan Syawal. Haul baru pertama kali dilakukan pada tahun 2005 dan kegiatan ini akan berlanjut rutin tiap tahun. “Dengan kegiatan ini diharapkan tali silaturahmi di antara umat Islam akan terus terjalin.”Hal ini sangat penting, di saat Ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam yang sedang goyah, dengan kegiatan ini juga untuk menghindari hal-hal buruk yang kerap terjadi diantara umat beragama,” katanya.
Terkait pengembangan potensi Pariwisata di Purbalingga agar diminati wisatawan, sebuah desa wisata harus layak jual. Di desa harus memiliki keunikan lokal yang tidak dimiliki wilayah lain. Selain itu, juga perlu ditunjang kemampuan pengelola yang professional. “Profesional disini berarti pengelolanya memiliki pengetahuan yang mumpuni, skill dan attitude yang baik,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si.(***)
Aji Setiawan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar