Selepas sebulan penuh berpuasa, acara dilanjutkan dengan Halal bi Halal. Pun demikian yang dilakukan oleh Keluarga Besar Bani Ahmad Jan desa Cipawon Kec Bukateja Kab Purbalingga. Pada hari Sabtu pertengahan bulan Juli 2015, sekitar 500 keluarga Ahmad Jaenuri, mengadakan Halal bi Halal di rumah Bpk Imam Sarjono. Acara yang berlangsung mulai pagi hari itu dengan acara pembukaan kalam illahi dan berlanjut dengan game atau bermain tebak-tebakan berhadiah souvenir menarik. Dua sambutan sesepuh bani Ahmad Jaenuri yakni M Marsudi dan Abbas Chairuddin menekankan pentingnya bulan Ramadhan atau puasa yang kemudian ditutup dengan perayaan Hari Idul Fitri sekaligus acara Silaturahmi tahunan ini sehingga tercipta suasana kekeluargaan.
Pembicara utama dalam acara Halal bi Halal kali ini KH Muhammadun, Lc yang juga adalah Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam menekankan pentingnya Idul Fitri.”Idul Fitri berasal dari kata Ied yang kembali dan Fitri artinya suci. Maka Idul Fitri seperti sabda Rasulullah SAW,” Man qooma romadhona imaanan wahtisaban ghufiro lahu ma taqoddama min danbihi,”. Yang artinya, ”Siapa saja orang giat beribadah ramadhan dengan iman dan hanya berharap pahala karena Allah, maka orang tersebut akan diampuni dosa-dosa nya pada masa lampau.” Ghalibnya, orang yang berpuasa sebulan penuh akan kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya.
Karenanya ibadah puasa dilakukan selama 29 hari itu dapat dijadikan muhasabah , intropeksi diri apakah kita sudah kembali sesuai fitrahnya (suci) seperti bayi.”Coba perhatikan bayi itu. Anak kecil sangat menyenangkan karena baunya wangi. Apakah puasa yang sudah kita lakukan, dan pada sat Idul Fitri dan sesudahnya bisa menjadi orang yang menyenangkan orang lain? “
Puasa sebulan, lanjut Ketua Bidang Dakwah Gerakan Pemuda Ansor kecamatan Bukateja, Kab Purbalingga Jawa Tengah ini melahirkan jiwa-jiwa yang pemaaf.”Puasa melahirkan manusia-manusia yang tidak pendendam, jengkelan, sabar dan ikhlas. “Mari di saat hari kemenangan ini kita telisik lagi apakah sudah mencapai target menjadi manusia yang bertaqwa, tidak pendendam, jengkelan, sabar dan ikhlas.”
Yang ketiga, menurut kyai kelahiran kota Demak ini sifat bayi yang baru lahir itu tidak serakah. Jadikan puasa itu melatih diri kita untuk tidak serakah, selalu merasa cukup.” Selain membuka hikmah dibalik Ramadhan, KH Muhammadun juga mengungkap pentingnya cinta kepada Allah SWT sebagai akhir dari tujuan kehidupan. Sebab menurut Malik bin Dinar, ”Rakus dengan hal-hal yang selain Allah itu pangkal dari kesalahan.” Ini yang membuat banyak orang menempuh segala cara untuk meraih dunia. Karena cinta dunia, segala cara ditempuh, dengan berpuasa nafsu dunia sesungguhnya pula bisa dikendalikan,” kata Gus Madun.
Hikmah terakhir dari berpuasa adalah sebagaimana bayi yang tidak membeda-bedakan orang lain. Kepada siapa saja bayi itu senang dan menyenangkan.”Apakah kita pada hari Idul Fitri ini sudah seperti bayi yang baru dilahirkan dari ibunya? Karena pula momentum Puasa ini menjadi bukti cinta kita kepada Allah SWT sehingga nantinya juga Allah SWT akan mencintai kita. Amin,” pungkas KH Muhammadun, Lc.(***) Taqabalallahu minna wa minkum ,minnal ‘aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir bathin.(***) Aji Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar